BAB I
PENDAHULUAN
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang
lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding
gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan
atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal lukisan prasejarah yang dilakukan oleh orang-orangnya
adalah menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan
dedaunan atau batu mineral berwarna.
Lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai,
kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini
disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Objek yang sering
muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek
alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek
yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu
sangat dipengaruhi oleh pemahaman si
pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan
proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli.
Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling
mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek
menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Kata Estetika
Sekitar 500 – 300 SM, pemikir dari zaman
yunani, seperti Socrates, Plato,
Aristoteles, Plotinus, dan St. Agustinus ( di Zaman kemudian ). Mereka
membicarakan seni dalam kaitannya tentang dengan filsasat mereka tentang apa
yang disebut “ keindahan “. Pembahasan tentang seni masih dihubungkan dengan
pembahasan tentang keindahan. Inilah sebabnya pengetahuan ini disebut filsafat
keindahan, termasuk di dalamnya keindahan alam dan keindahan karya seni.Pada tahun 1750 istilah estetika
diperkenalkan oleh filsuf bernama A.G. Baumgarten ( 1714-1762 ). Istilah
estetika ini diambil dari bahasa Yunani kuno, aistheton, yang berarti “
kemampuan melihat melalui penginderaan “ . Baumgarten menamakan seni itu
sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya
pengetahuan intelektual. Tujuan Estetika
adalah keindahan, sedang tujuan logika adalah kebenaran.
Keindahan merupakan pengertian yang
didalamnya tercakup sebagai aktivitas kebaikan. Plato misalnya menyebutkan
tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan
keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus
menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Berbicara mengenai
buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Bangsa yunani membedakan
pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symmetria’ khusus
untuk keindahan berdasarkan penglihatan (seni rupa) dan ‘harmonia’ untuk
keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Sehingga pengertian keindahan dapat
saja meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan
intelektual.
Ciri-ciri
umum yang ada pada semua benda dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri
atau kwalitas hakiki itu dengan pengertian keindahan. Ciri umum tersebut adalah
sejumlah kwalita yang secara umum disebut unity, harmony, symmetry,
balance dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat dinyatakan bahwa
keindahan merupakan satu cermin dari unity, harmony, symmetry, balance dan
contrast dari garis, warna, bentuk.
B. Makna Seni dan SeniLukis Secara
Umum Dan Khusus
Berbicara
makna seni tidak akan pernah bisa selesai karna seni maknanya s
angat luas,
disamping itu banyak pendapat para ahli bahasa yang menyatakan bahwa seni
adalah
karya manusia yang berasal dari akal fikiran dan perasaan.
Seni
menurut Ki Hajar Dewantara adalah
perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga
dapat menggerakkan perasaan manusia.
Seni lukis
secara umum adalah salah
satu cabang dari seni rupa
dan seni lukis secara khusus
adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar dan lebih
mengutamakan warna.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua
dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu.
Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan
bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan.
Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan
C.
Aliran Romantisme
Romantisme merupakan corak dalam seni rupa yang berusaha
menampilkan hal-hal yang fantastic, irrasional, indah dan absurd. Aliran ini
melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedy yang dahsyat, kejadian
dramatis yang biasa ditampilkan dalam cerita romah. Penggambaran obyeknya lebih
sedikit dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah,
pria yang lebih gagah, wanita yang lebih cantik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar